AKHIR PENJANTANAN DUNIA , merupakan buku nonfiksi yang diawali dengan bagaimana 'laki-laki' menyematkan ke alam bawah sadar masyarakat terkait 'kejantanan' yang ia bangun di atas kedudukan perempuan.
Perempuan yang awal mula didewikan dan diagungkan sebab ditemukannya kekuatan gaib dalam diri perempuan, diam-diam menjadikan laki-laki cemburu terhadap kekuatan tersebut.
Makhluk apa perempuan ini? Mengapa ia dapat menghasilkan bayi perempuan dan laki-laki? Ini adalah wujud keanehan yang berbahaya.
Kemudian, dari sini munculah ketakutan laki-laki dalam memandang reproduksi yang dihasilkan perempuan, tanpa menyadari bahwa laki-laki juga memiliki kekuatan gaib (sperma).
Kedudukan perempuan sendiri sebenarnya tidak pernah bertahta, Matriarki yang pernah diramalkan pun tidak terbukti. Yang ada adalah keselarasan hidup, di mana satu membutuhkan yang lain. Selama berabad-abad manusia hidup dengan cara berpindah-pindah, sehingga terdapat pembagian peran dalam keberlangsungan setiap harinya. Laki-laki berburu, perempuan mendirikan tenda, memasak, dan mengurus anak. Pembedaan yang tidak menyebabkan hierarki antara satu dengan yang lain.
Di antara banyak pakar peneliti yang mendukung ide Matriarki, mereka tidak pernah menemukan bukti-bukti adanya periode saat perempuan memaksakan kekuasaan atas laki-laki dengan kekuatan fisik sebagaimana awalnya patriarki lakukan pada perempuan (Hlm:11).
Lambat laun pengetahuan manusia berkembang, sehingga -ketidaksadaran tersebut- dengan cepat mengubah model konsepsi manusia dalam proses kelangsungan manusia.
Dengan bangga laki-laki memproklamasikan diri sebagai pencipta kehidupan. Sebagai pencipta ia merasa berkuasa, dan hanya laki-laki yang dapat menciptakan kehidupan. Sebab tanpa adanya laki-laki perempuan tidak dalam melahirkan bayi.
Perempuan dianggap minor, laki-laki menemukan hierarki dalam tubuhnya (kesempurnaan, keajaiban) yang tidak dimiliki perempuan. Perempuan hanya menjadi tempat singgah atas berlangsungnya kehidupan. Laki-laki memberi perempuan menerima. Sang pemberi adalah seseorang yang memiliki kekuasaan, kepemilikan, dan manusia yang paling kuat.
Konsep ini yang kemudian mengakar dan melahirkan pandangan-pandangan akan gerakan patriarki. Perempuan menjadi inferior dan termarginalkan.
Ester menjabarkan melalui pemikiran Gazalé : terdapat enam poros pembentukan sistem kejantanan yang telah menciptakan penindasan dan perendahan perempuan. Di dalamnya berupa agama, kekuasaan publik, dan ilmu pengetahuan saling menjalin, membentuk, dan melanggengkan hegemoni laki-laki.
Eksistensi perempuan di rendahkan dengan membagi perempuan dengan tiga peran yang mengerikan: Perawan-Ibu-Pelacur.
Jika kau terlahir sebagai perempuan, peran mana yang akan kau lakukan?
Menjadi perawan (gadis baik-baik) yang dipandang terhormat sebab kelak akan menjadi ibu, atau menjadi pelacur (perempuan tidak terhormat dan dianggap sebagai benalu dalam kehidupan).
Relasi antara laki-laki dengan perempuan diimbangi dengan adanya pola pembagian sehingga segala sesuatu berakhir pada kodrat yang telah ditentukan.
Perempuan utuh terletak pada rahimnya, masyarakat mewajibkan perempuan untuk menjadi ibu. Hasrat ingin memiliki anak dibentuk sedemikian rupa seolah-olah ia sendiri yang menginginkannya. Padahal keinginan tersebut dibangkitkan patriarki dalam beberapa mekanisme.
Menjadi ibu inilah garis normalitas bagi perempuan, maka ketika perempuan menikah dan tidak memiliki keturunan, atau perempuan memang tidak ingin memiliki anak, ia akan mendapat hukuman dari masyarakat sebab ketidaknormalan dan menganggapnya sebagai mandul dan egois.
Padahal menjadi perempuan -perawan,ibu,pelacur- tanpa diminta ia sebenarnya sudah kehilangan tubuhnya sendiri.
Tubuh perempuan adalah tubuh sosial, milik masyarakat, sebelum ia sendiri pemilik tubuh punya kesadaran akan tubuhnya (Hlm:78)
Lalu, "Bagaimana menjelaskan bahwa perempuan dapat menerima patuh pada kekuatan jantan?",
Patuh di sini dibagi menjadi dua: pertama, predikat terhadap gadis baik-baik ditujukan dengan gadis penurut, berprestasi, dan menjadi idaman masyarakat.
Kedua, predikat pelacur merupakan ilusi patriarki bahwa perempuan ini adalah perempuan yang berbeda dengan perempuan normal -yang digariskan masyarakat- perempuan bebas dan berani.
Pada dasarnya, perempuan memiliki karakter 'patuh' dari sananya. Kepatuhan ini secara khusus dilihat dari kepatuhan atau tunduk dalam mengikuti aturan kelompok.
Ideologi kejantanan dibangun dari dan dengan tubuh perempuan yang dijadikan objek, posisi inferior. Sebab sejak kecil, perempuan ditanamkan keyakinan sebagai makhluk inferior lemah, rapuh dibanding laki-laki yang dianggap superior.
Ester Lianawati tidak hanya membuka pemahaman dasar akan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Di dalam buku ini banyak mengulas tentang psikologi feminis sebagai pembebasan laki-laki dan perempuan. Bagaimana perempuan hidup dalam pandangan masyarakat, stigma yang dikaitkan dengan perempuan yang bersalah dan tidak memenuhi kenormalan. Perempuan yang sudah menduduki kategori normal, akan tetapi masih rentan terhadap persaingan yang ternyata sudah dimulainya sejak ia menjadi ibu, sejak adanya hubungan ibu dengan anak, anak dengan ibu, begitu pula persaingan antar sesama perempuan lain.
Liyan yang disematkan terhadap perempuan menjadikan ia dikuasai publik, mudah mendapat tuduhan dan dipersalahkan sebab ia terlahir sebagai perempuan.
Revolusi Feminin baru akan sungguh-sungguh terjadi jika ada revolusi maskulin!
~Ester Lianawati
Judul Buku: Akhir Penjantanan Dunia: Psikologi Feminis untuk Pembebasan Laki-Laki dan Perempuan
Nama Penulis : Ester Lianawati
Tahun : 2022
Nama Penerbit : Buku Mojok Grup
Jumlah Halaman : 303
Nomor ISBN: 978-623-5280-06-6
0 Komentar