Sumber: pinterest
Apa yang membuatmu bersedih
setelah setahun ini?
Masalah pekerjaan?
Atau tugas, keluarga, persahabatan
dan percintaan?
Untuk enam bulan terakhir ini? Masih
sama?
Kalau untuk satu bulan di ujung
tahun ini?
Atau jangan-jangan kamu sendiri tidak tahu apa permasalahan dalam hidupmu.
Ahh sudahlah aku bukan ahli psikologi atau
pun yang lainnya. Tidak mungkin juga sedemikian rupa mencoba mengidentifikasi
seseorang yang merasa dirinya sedang tidak baik-baik saja, apalagi yang
berhasil mengalami kebahagiaan untuk mengatasi semua masalah yang itu-itu saja
hahaha.
Oke, begini jika tulisan ini terkesan
klise (biasanya anak-anak sekarang begitu menyebutya) tinggalkan saja tak
mengapa, aku sudah terbiasa hehe, tulisan seperti ini sudah banyak yang
membahas, dan kali ini hanya bentuk
review di tahun depan dan bentuk ucapan terima kasihku di tahun ini.
Kita kembali pada topik ya bolo…
Kalau kata orang bijak, sedih itu
adalah hal yang biasa, wajar namanya juga manusiawi. Bahagia juga demikian,
jadi jika ada masalah itu memang syarat kita untuk bisa disebut sebagai makhluk
Tuhan. Setiap orang memang berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Ada yang
gampang mengatasinya dengan tenang, full senyum, sumringah. Ada juga yang tegang,
panik, gelisah, overthinking tapi tidak dipelihatkan. Yah ekspresi orang kan
memang bermacam-macam.
Terkadang kita yang tidak
mengalami suatu masalah kerap mengucapkan “Yang sabar ya, semua ini hanya
ujian,” kepada rekan yang lain. Jika hal itu terjadi kepada diri kita
sendiri okelah kalimat-kalimat penenang seperti itu memang berdampak meskipun
hanya sekian persen dan sisanya???? Kita akan kembali berperang dengan diri
sendiri. Ingat kata Markesot, di dunia ini kita sendirian, di perut ibu yang sendiri,
dalam kuburan yang sendiri, menanggung dosa dan pahala juga sendiri. Jadi untuk
menjadi yang terbaik juga harus memulai dari diri sendiri.
Bagaimana cara kita untuk
memulainya? Sedangkan banyak sekali masalah yang harus dihadapi,
Sebuah masalah alangkah lebih
baiknya memang tidak dilupakan begitu saja. Peluk dan bahagiakanlah dia, bagaimana
bisa memeluk masalah? Bukanlah kita akan menjadi bersedih berlarut-larut?
Hmmm
Sebenarnya segala sesuatu yang
membuat kita sulit, tanpa disadari pun kita sendiri sudah memiliki solusi untuk
menyelesaikannya. Iya kan, kebanyakan orang yang bersedih juga memahami jika ia sedang sedih
yang perlu dilakukkan adalah bersabar. Dan kita juga tahu untuk melepaskan
semua beban kita perlu healing sejenak, dan kembali lagi untuk
menyelesaikannya. Akan tetapi? Banyak kenyamanan yang menyakitkan yang justru
kita rawat untuk terus tumbuh dalam diri sendiri. Kita tahu sebab orang yang
bersedih karena nyaman mengenang yang sebelumnya pernah terjadi.
Kita semua memang pandai dalam mencari
solusi, berbicara, dan bernasihat tapi tidak untuk sebuah tindakan. Kita hanya
kurang percaya diri saja untuk mengungkapkan dan melakukannya. Hal itu justru
akan memperburuk kodisi kita sendiri, enggan merelakan sesuatu yang telah
terjadi, terjerat dengan masa lalu, tidak mengampuni diri sendiri yang semua
itu akan berujung pada penumpukan asumsi.
Mengapa kita harus memeluk sebuah
masalah itu, bukannya dengan cara melupakan kita akan bahagia?
Ya, dengan cara melupakan kita
akan mengimbangi untuk tidak ingin kembali pada hubungan sosial yang
menyebabkan ketidaknyamanan diri sendiri. Kita boleh saja pergi begitu saja, akan
tetapi kita harus belajar, terkadang yang menyebabkan masalah itu berkembangbiak,
terletak pada pemikiran kita yang mempertahankan asumsi negatif tersebut, asumsi
yang mendoktrin diri kita sendiri tidak mampu menghadapinya, mengikuti apa yang
sudah terjadi, dan pasrah terhadap keadaan. Kita tahu pemikiran yang penuh
dengan asumsi-asumsi itu akan mendatangkan banyak dampak buruk yang akan kita
hadapi tapi mengapa kita enggan melatihnya
untuk landai dan berdamai.
Dengan cara memeluk kita akan terbiasa menghadapi masalah, kerapuhan di sini tidak disamakan dengan kebingungan atau sedih yang berkeseterusan. Akan tetapi ketakutan-ketakutan yang kita rawat memang seharusnya tidak dihilangkan. Kalo kata Mbak Nana rasa takut berperan penting untuk melatih diri kita berhati-hati dalam menyikapi segala sesuatu. Jadi, perihal memeluk masalah, menjadikan kita selalu berpikiran positif, berkembang, dan bertekad untuk tidak menyalahkan siapa pun. Ingat, tidak untuk menyalahkan siapa pun.
Kita akan belajar menerima segala
sesuatu tanpa adanya paksaan. Memaafkan yang sudah-sudah. Dan bersiap untuk
yang lebih baik lagi.
Ujungnya adalah kita hanya butuh
dikuatkan diyakinkan tapi jika tidak ada seseorang yang menguatkan??? ingat
kembali apa kata Markesot ya…hehe
Mejayan, 31 Desember 2023
0 Komentar