“Mungkin saat ini telinga kita masih berfungsi dengan baik,
mendengarkan setiap seruan kebaikan melalui berbagai bentuk pengeras suara. Namun hanya telinga itu saja
yang berfungsi dengan baik, nurani dan akal budi kita lah yang justru tuli”
Muhammad Milkhan.
Kini, ketika azan berkumandang umak-umik dari setiap orang
yang mendengar kian luntur. Parahnya banyak sekali fenomena guneman dan guyonan
terjadi saat azan dikumandangkan. Bisa jadi kesepakatan untuk mengacuhkan
panggilan shalat ini terjadi diberbagai penjuru Negara. Kedudukan Azan mungkin
bukan lagi tentang seruan untuk menyegerakan sholat namun hanya sebatas sampai
mengganti waktu shalat.
Sindiran-sindiran mengenai acuhan suara azan sudah banyak terjadi
diberbagai daerah. Salah satunya kisah Mahmoud al-Moghazi, ulama dari Kafr
al-Dawar. Sebagai muazin pak Mahmoud merasa resah ketika kian hari jumlah
jamaah semakin menyusut. Seperti yang telah dilakukan para youtubers yang
mengganti azan dengan lagu “ Iwak peyek iwak peyek iwak peyek sego tiwul” atau
fenomena yang sama, namun di tempat yang berbeda mengganti suara azan dengan
lirik lagu “ Eta Terangkanlah” atau “ Hey Tayo Hey Tayo” fenomena ini
sempat viral, lagu yang dibawakan muazin juga berbeda-beda mulai dari lagu anak-anak,
dangdutan, gamelan, hingga lagu religi lainnya. Untung saja lirik lagu “Entah
apa yang merasukimu” belum ada yang membawakan (mungkin sebentar lagi).
Namun,
apa yang dilakukan para youtubers ini belum tentu benar, hanya sebatas
sindiran yang ditujukan kepada masyarakat sekitar. Berbeda dengan apa yang dilakukan
oleh pak Mahmoud, lantunan azan “Asshalatu khairum
minan naum” yang memiliki arti “Shalat
itu lebih utama dari pada tidur” dengan berbagai macam pertimbangngan dan sudah mempersiapkan hati yang kuat untuk menepis kemurkaan warga
pak Mahmound dengan beraninya menggantinya dengan kalimat “Shalat itu lebih utama
ketimbang menghabiskan waktu dengan Facebook” pak Mahmoud menggantinya dengan kata Facebook
dikarenakan Facebook sedang menjajah para jamaah pada waktu itu. benar saja, kemurkaan warga terhadap pak Mahmoud
sangat besar mungkin sama dengan apa yag telah dialami oleh cak Dlahom dalam
buku Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya. Warga marah dan mengatakan cak Dlahom
sesat dan gila, sama dengan apa yang telah dialami oleh pak Mahmoud yang
dianggap warga sebagai penista agama. Mungkin perlu menunggu seseorang
menghantarkan wahyu dan menyampaikan bahwa azan sudah dimodifikasi.
Ndak beda jika seruan pujian “ Maulaaya sholli wa sallim daa iman abadda
….” Diacuhkan oleh para penduduk disekitarnya kemungkinan bisa, jika diganti
dengan “ Endi kanca-kancaku kok gak tau jamaah, opo wes gak kepingin oleh
fadhilahe jama’ah”
1 Komentar
Loph you yemm
BalasHapus